KULIAH MODERASI BERAGAMA — 2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) - KULIAH MODERASI BERAGAMA — 2

Mahasiswa FEBI UIN Bukittinggi Kuatkan Pondasi Moderasi Beragama dalam Workshop Intensif

BUKITTINGGI – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Bukittinggi menggelar workshop penting tentang moderasi beragama yang berlangsung selama dua hari, yaitu pada 22 dan 25 September, kegiatan dilaksanakan secara online. Acara ini bertujuan membekali mahasiswa dengan pemahaman mendalam tentang pentingnya sikap moderat di tengah keberagaman masyarakat. Dekan FEBI, Assoc. Prof. Aidil Alfin, M.Ag., Ph.D., dalam sambutannya menekankan bahwa kegiatan ini sangat krusial, terutama bagi mahasiswa ekonomi Islam. Ia berharap, setelah lulus, para mahasiswa tidak hanya menjadi penggerak ekonomi, tetapi juga agen yang mampu menyejahterakan umat dan menciptakan pemerataan ekonomi, sejalan dengan prinsip-prinsip Islam yang moderat dan toleran.

Pada hari pertama, 22 September, workshop diisi oleh narasumber utama, Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag., yang juga merupakan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang. Dalam sesinya, Prof. Duski Samad menyoroti pentingnya bersikap moderat sebagai kunci untuk menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah masyarakat yang majemuk. Ia menjelaskan bahwa moderasi bukan berarti melemahkan keyakinan, melainkan cara pandang dan sikap yang mengedepankan keseimbangan, keadilan, dan toleransi. Pesannya kuat: dengan bersikap moderat, setiap individu dapat berkontribusi positif bagi stabilitas sosial, menghilangkan potensi konflik, dan memperkuat persatuan bangsa.

Sesi kedua, yang dilaksanakan pada 25 September, menghadirkan Assoc. Prof. H. M. Farid F. Saenong, Ph.D., dosen Indonesian International Islamic University (UIII). Beliau memperkuat gagasan moderasi dengan menekankan pentingnya berada di jalur tengah, tidak condong ke ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Menurutnya, ekstremisme, baik dalam bentuk radikalisme maupun liberalisme yang berlebihan, dapat merusak tatanan sosial dan keagamaan. Farid F. Saenong mengajak peserta untuk menumbuhkan pemahaman keagamaan yang inklusif dan terbuka, yang mampu beradaptasi dengan dinamika zaman tanpa kehilangan identitas keislaman.

Pentingnya acara ini juga diamini oleh Wakil Dekan I Assoc. Prof. Dr. M. Imamuddin, M.Pd., M.E., yang turut menyampaikan dukungannya. Beliau mengatakan bahwa workshop ini adalah fondasi yang sangat penting bagi mahasiswa agar memiliki landasan kuat dalam beragama. Pondasi yang kuat ini akan mencegah mereka terjerumus pada pemahaman yang sempit dan radikal. Dengan demikian, ketika mereka terjun ke masyarakat, para mahasiswa tidak hanya siap secara profesional, tetapi juga memiliki mentalitas yang matang dan toleran, siap menjadi teladan dalam menjaga harmoni dan kerukunan umat, (im).